Jumat, Oktober 27, 2017

Kakak, little birth partner!

Teringat sangat jelas didalam ingatan ku pada hari tersebut suami menemani ku tanpa lelah ..meski terlihat garis lelah dan kantung mata yang hitam bukti bahwa suami siaga menemani aku. Iyaa..aku sengaja menelepon suami untuk segera pulang dan ijin ke atasan karena telah mengeluarkan lendir darah. Tanda tersebut sudah tidak asing lagi di dunia perhamilan bahkan persalinan. Mulas rasanyaa...iyaaa mulas rasa nya seperti akan datang bulan. Di dalam hati dan pikiranku rasanya was-was.. rasa khawatir tak menentu menunggu kepulangan suami. Bagaimana tidak khawatir? Jauh hari kami telah sepakat bahwa persalinan kedua ini suami akan mendampingi proses persalinan istrinya. Layar handphone selalu saya lihat..sambil mengelus punggung yang rasanya mulai nikmat. “Ya Sami’..Ya Mujib.. Perkenankanlah suamiku mendampingi hamba dalam proses persalinan yang kedua ini, berikanlah keselamatan selama perjalanan” terus saja saya berdoa melihat jalan raya sambil mengedarkan pandangan. Saking sibuknya menatap layar hp.. tak terasa kakak memanggil saya “buuuk buuuk boyaaaa ndang” wajahnya pun sumringah. Kakak Khalish kami memanggil anak pertama kami dengan penuh kasih sayang, rupanya ia ingin ditemani bunda main bola. “maasyaAllah kakak... masih mau main bola? Yaudah yuuk bunda temenin yaa..tapi sebentar saja karena perut bunda sudah besar sebentar lagi dedek lahir” jelasku pada sang buah hati. Alhamdulillah kakak kali ini mau main bola meski sebentar..

.

Kondisi hamil tua berada di rantauan membuat khawatir kedua orang tua kami, ibu dan mamak (mertua saya) sehingga saya pun pulang ke rumah orang tua agar fisik tetap terjaga selain mudah meminta bantuan saat tanda –tanda persalinan telah datang. Harapan saya kakak bisa ikut main dengan yang lain...qadarullah, kakak hanya mau menempel dengan saya..iyaaa dengan bunda nya saja, kemanapun diikuti seakan-akan kakak takut saya akan pergi meninggalkan kakak.

.

Saya masih menyusui anak pertama saya (kakak) pada saat hamil, tentu tidak mudah menghadapi ujian ditengah masyarakat dan keluarga yang belum bisa menerima pilihan saya. “Ora ilok! Pamali! dan blaa..blaaa..blaaaa..kalimat kalimat negatif sering kali saya dengar. Menyayangkan sekali bahkan sangat, kenapa tidak diganti saja kalimat negatif tersebut dengan sebuah doa agar persalinan dan janin ku sehat selalu. Marah iyaaa... sedih itu pasti.. meski hati telah berusaha selalu membangun benteng kokoh berbekal ilmu dari apa yang pernah saya dapatkan saat kuliah dan beberapa pakar dalam bidang nya. “Mas wis.. tolong bantu de saat tidak seorang pun mendukung adek untuk menyusui saat hamil, tolong jangan paksa istrimu ini untuk menyapih kakak, de belum siap mas wis, de masih kuat, bantu adek yaa?” rengek saya ke suami. Lantas suamipun menjawab “Iyaa dek..selama de mampu dan kuat maka lakukan tapi ketika tidak..juga tidak mengapa..jangan dipaksakan lhoo ya”. “iyaaa mas wis..tapi bener yaaa dukung de terus, kalau de siap..pasti de sapih kakak tapi saat usia kakak 2 tahun”

.

Itulah masa-masa perjuangan dimana naluri seorang ibu ingin tetap memberikan ASI kepada anaknya hingga 2tahun lantas menyapih dengan cinta, perjuangan penuh liku-liku..

.

Melirik layar hp sudah jam 14:30 .. “tin..tin..(suara klakson gerobak cinta kami terdengar sangat jelas)” Alhamdulillah suami sudah sampai rumah. Aku menjemput suamiku di depan gerbang sembari menggandeng kakak..”Ayah pulang kak..Ayah pulang.. Yeaaay Alhamdulillah”..jingkrak jingkrak kakak melihat Ayahnya turun dari mobil dan minta digendong segera. Langsung saja suami menanyakan perkembangan kemajuan persalinan ku, serentetan pertanyaan dilontarkan..aaaah ini interview cinta dari suami. “Masih belum teratur mas kontraksi nya.. timbul tenggelam ..mungkin dedek pengin ditungguin ayahnya dulu, semoga makin bagus kontraksi nya”.

.

Kontraksi dalam persalinan rasanya seperti mau datang bulan, mules dibagian bawah , persis seperti saat haid hari ke 1 sampai 3. MaasyaAllah ..Maha Besar Allah dengan segala kebesaran Nya, Allah telah melatih kita sejak saat kita belia , iyaa...tubuh telah dipersiapkan untuk merasakan lebih dulu bagaimana rasanya menstruasi sampai menggambarkan perjuangan saat persalinan tanda-tanda nya pun sama seperti menstruasi.

.

Belum juga ada tanda kontraksi semakin membaik, pesimis.. Allah belum menghendaki hari ini, pikiran tidak karuan, sebab suami cuti dalam hitungan hari..dan rasanya pengin ketunggon (didampingi) suami saat melahirkan.

.

Kakak, dari sore pun ngelendot luar biasa ..Kakak pengin netek terus dan ga mau lepas, perut saya rasanya makin tak nyaman, mules datang lagi lagi dan lagi dengan durasi waktu yang pendek sekitar 10-20 detik. “Kakak, nen nya lepas dulu yaa sayang, perut bunda pegel kak..aduuuuh, lepas dulu yaa..kakak mimik bening sama ayah?” masih terus ku rayu kakak dengan mengalihkan perhatian seperti menyebutkan makanan dan buah favorit kakak. Alhamdulillah..berhasil, kakak mau lepas dari nen nya. Cepat cepat aku ke kamar mandi, lalu mengecek tanda persalinan lendir darah .. hasilnya.. belum ada lagi. OK... rileks..rileks.. Allah belum menghendaki hari ini.

.

Dan malam hari nya kakak tak mau lepas dari nen nyaa..sampai pagi..

25 Mei 2017

Langsung mandi lebih awal sambil ngecek tanda persalinan, kontraksi semakin bagus, alhamdulillah. Semua keperluan persalinan sudah aku siapkan jauh-jauh hari ..tinggal mengambil 2 tas berukuran sedang di pojok kamar. Suami ku bangunkan untuk bersiap mengantar ke bidan tempat dimana akan bersalin. Sembari menunggu suami bersiap diri...ku siapkan sarapan untuk kakak , sambil rileksasi tubuh karena kontraksi semakin sering. Sarapan kakak porsi nya lebih sedikit, lalu minta main bola dengan bunda. Oke laah nak, kita main bola.. insyaAllah dengan membersamai kakak main bola akan mempercepat proses persalinan bunda.

.

Tetiba suami datang dan menghampiri kami, “ayoook dek kita berangkat, ibu juga sudah siap”. Ibu... how i love you to the moon and back, terharu rasanya .. selalu ingin mendampingi putri nya melahirkan.

.

Sesampainya di bidan langsung saja aku menceritakan kronologisnya, lantas diperiksa oleh bidan melalui pemeriksaan dalam untuk mengetahui kemajuan persalinan. Hasilnya sudah bukaan 3..Alhamdulillah... saya pun mondok segera. Kakak, anak pertama kami..rupanya tak mau jauh dengan bunda nya. “kakak mau makan lagi pakai opor? Bunda suapi?”.. jawabnya “yaaa” mengangguk cepat. MaasyaAllah kakak.. keberadaan kakak mendampingi bunda bersalin merupakan booster luar biasa, senyum nya menguatkan, pelipur lara ketika gelombang cinta dari Allah datang semakin menguat. Rasanya tak ingin berdiam diri.. bergerak terus bawaannya karena kalau diam akan sangat terasa aduhaaaaaaai tarian dari gelombang rahim. Saat bidan jaga datang, aku memberanikan diri untuk meminjam birth ball. Birth ball sangat terkenal di dunia kehamilan dan persalinan, bola besar ini sangat membantu mengurangi rasa mulas saat gelombang cinta datang, bahkan dapat menambah kekompakkan dengan suami atau keluarga yang mendampingi bersalin.

.

Perlahan aku duduk diatas birth ball dengan bantuan suami sedangkan kakak sedang digendong uti melihat taman di depan Pondok Bersalin. Aku putarkan bola searah jarum jam dan berlawanan..bergantian..suami mengimbangi gerakan saya. 10 menit kemudian ibu dan kakak datang, diluar perkiraan kakak meminta bola saya, dan saya harus berdiri.. “buuk boyaaa kakak mau..” pinta nya. “Tapi bola nya masih bunda pake kak” jawab sang Ayah. “gapapa mas.. de  mintain lagi ke bidan nya, kakak pengin ikut-ikutan bunda nya main bola palingan kayak biasa..” (segera aku ke ruang jaga bidan untuk meminta satu bola lagi. “Bu..istirahat dulu di kamar..biar ga kecapean momong kakak” rajukku. “iyaa gampang mengko fi” sahut ibu dengan logat ngapak nya.

.

Kakak, MaasyaAllah rupanyaa pengin kayak ayah juga nemenin bunda mainan diatas bola yaa.. ia pun mengangguk dengan senyum khas nya. Alhamdulillah .. ini rejeki yang tak terduga. Kakak dengan usia 19 bulan saat menemani bunda menuju detik-detik persalinan.. bisa diajak kerja sama dengan baik, tidak rewel, tidak minta netek, sangat kooperatif intinya.. membuat saya terharu, kalau kalau ternyata anak kami telah dewasa dengan gaya anak-anaknya. Iyaaa ..Allah-lah yang telah mendewasakan dan melembutkan hati anak saya. Ku peluk kakak tak ada hentinyaa sambil ku ciumi pipi dan kening nya. Di satu sisi aku minta maaf karena di usia nya sekarang ia akan menjadi kakak, di satu sisi yang lain Allah telah memberikan pembelajaran yang luar biasa hingga detik ini

.

Menjelang persalinan kakak memanggil-manggil ibu nya..”buuk ibukk” rupanya kakak mencari ku, belum sempat ku pamiti .. maafkan ibu kakak.. sebentar lagi kita ketemu ..ucapku lirih dalam hati sambil mempersiapkan diri untuk melahirkan. Bidan sudah siap siaga, suami sudah sangat siaga mendampingi... Alhamdulillah 15.57 anak kedua kami lahir dengan selamat dan sehat BB 3450 gram PB 49cm...putri kecil kami..Khalisha

.

30 menit kemudian saya bertemu dengan kakak, ku peluk ku cium pipi dan kening tak henti-hentinya..semua rasa jadi satu, bahagia dan haru. Kakak...terimakasih telah menjadi teman bunda selama proses menunggu pembukaan sampai lengkap, terimakasih telah menjadi little birth partner ketjeh bunda. Alhamdulillah........ kami pun larut dalam fase honeymoon kami ..iyaaaa.. fase honeymoon bersama keluarga kecil kami.. saya, suami, kakak dan dedek. Terimakasih atas pembelajaran hari ini Ya Rahman...